Sanggar Pemujaan

Cerpen Iman Budhi Santoso dan Ramajani Sinaga

[Panduan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA ]

SEMENJAK perkenalannya dengan Kinasti, reporter sebuah majalah ibu kota, Ponco seperti memperoleh matahari baru. Matahari yang menghidupkan warna-warni benda. Matahari yang sinarnya mampu menerobos relung-relung gua. Tetapi, yang cahayanya itu pula, setelah terfokus melalu lensa, tega membakar apa saja. Tidak terkecuali Doktorandus Poncodriyo yang memujanya.

Hampir satu jam Ponco mondar-mandir di pendapa. Rumah sedang sepi. Ayahnya, Glondong Mondrogono rapat di kabupaten. Ibunya ke sawah. Neneknya menunggui panen kopi, adiknya, Sinto besuk Bu Carik yang telah seminggu ini mondok di rumah sakit. Sedangkan Parinah, pembantunya, sibuk di dapur menunggu jemuran gabah di klongkangan.

Baca lebih lanjut