[Dimuat di Al-bratva, edisi Minggu, 2 Juni 2013]
Pagi-pagi sekali Siti sudah keluar ruang ICU, setelah semalaman dia menemani Cut Bang di sana. Ia melangkah terburu-buru keluar dari rumah sakit. Seperti biasa, Siti akan membeli beberapa tangkai mawar segar yang dijual tepat di depan rumah sakit tempat suaminya dirawat. Siti akan memilih bunga yang paling segar untuk suaminya yang sedang terbaring lemah di ruangan ICU.
Siti ingat, Cut Bang, suaminya itu sangat menyukai bunga mawar. Itulah sebabnya, saban pagi Siti sudah memberikan beberapa tangkai mawar untuk Cut Bang. Cut Bang akan mencium harum bunga mawar yang sangat segar. Itu dilakukan Siti setiap hari, tanpa merasa bosan sama sekali.
Empat tahun lalu, Cut Bang mengalami kecelakaan hebat di jalan raya saat pergi bekerja. Kecelakaan yang membuat suami Siti itu diam seribu bahasa di ruangan ICU. Empat tahun adalah penantian yang sangat panjang. Menunggu. Kesetiaan seorang perempuan terhadap suaminya. Siti merasa tidak sia-sia menunggu lelaki yang sangat dicintainya itu, Cut Bang. Siti yakin Allah mendengar setiap doa-doa yang ia pinta.
Sementara itu, dokter Ali Hanafiah dari lantai dua rumah sakit sedang memperhatikan tingkah Siti dari jauh. Itu dilakukannya setiap pagi pula. Tanpa merasa bosan sama sekali, seperti kesetiaan Siti terhadap suaminya. Dokter Ali sebenarnya sudah lama menaruh hati pada Siti. Tapi ia tidak mampu mengutarakannya. Mengingat Siti sangat setia kepada suaminya, yang tidak kunjung sadar di ruangan ICU. Baca lebih lanjut →